Sabtu, 04 Juni 2011

Tugas Evolusi 1

Tugas Evolusi
Evolusi adalah pengembangan perubahan potensi secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama. Evolusi merupakan suatu perubahan yang tampak terus-menerus terjadi dan punya unsure yang bersifat mirip arah, karena dunia tidak statis.
Identifikasi dari Evolusi yang kami percayai
1. Teori Lamarck yang menyebutkan teori use and disuse, bahwa organ yang sering digunakan akan berkembang, sedangkan yang tidak digunakan akan tereduksi. Contohnya pada leher jerapah untuk menggapai makanannya diatas pohon hingga membuat leher jerapah menjadi panjang. Contoh sekarang, otak manusia jika sering digunakan untuk mengingat, maka otaknya akan semakin cerdas.
Evolusi adalah perubahan ciri-ciri populasi organism yang berlangsung seiring waktu. Dengan kata lain populasi adalah yang disebut unit evolusi.
2. Teoti Darwin dan Wallace yang menyebutkan bahwa dalam kehidupan berlaku seleksi alam, bahwa jika suatu individu dapat beradaptasi, maka individu itu dapat bertahan hidup, sedangkan yang tidak dapat beradaptasi akan mati. Yang disebutkan oleh mereka, seleksi alam yang sebenarnya adalah proses penyisihan. Induk generasi berikutnya adalah individu diantara keturunan induk mereka yang lestari karena beruntung atau punya ciri-ciri yang membuatnya sesuai dengan kondisi lingkungan waktu itu. Sedangkan yang lain yang disisihkan oleh proses seleksi alam.
3. Teori Heliosentris, bahwa matahari adalah pusat dunia.
Identifikasi dari Evolusi yang tidak kami percayai
1. Teori Darwin yang menyatakan bahwa mahluk hidup senantiasa tidak berubah-ubah (prinsip ketidakubahan jenis). Karena menurut kami pada dasarnya hampir segala sesuatu di semesta alam yang tak bernyawa juga berevolusi, dalam arti berubah dalam urutan yang jelas terarah.
2. Teori Anthroposentris yang menyatakan bahwa manusia adalah pusat dunia. Bemula dari kehidupan manusia primitive, yaitu sewaktu mulai menyadari ada bumi dan langit. Pada prinsipnya dalam pikiran manusia primitive, jagat raya dengan berbagai isinya bercampur baur memadu dengan diri manusia dan dengan kenyataan serta imajinasi.
3. Teori Geosentris, yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat dunia. Mereka berpandangan bahwa semua kekuatan juga berpusat di bumi, semua benda langit mengelilingi bumi, maka kami tidak menyetujui teori ini.
Dan dapat kami simpulkan bahwa evolusi secara keseluruhan adalah pemaparan peristiwa-peristiwa evolusi tertentu diperoleh sebagai kesimpulan dari berbagai penelitian, kesimpulan-kesimpulan itu selanjutnya masih harus secara terus-menerus dilakukan pengujian dengan penelitian-penelitian yang baru, dan kesimpulan yang sudah tercetus diawal bias saja ditolak (gugur) atau bias juga lebih diperkuat lagi bila hasil dari penelitian tadi dikukuhkan dengan rangkaian pengujian yang baru.

Selasa, 31 Mei 2011

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Chapter 1
Pengertian,peranan dan fungsi kurikulum
A. pengertian kurikulum
dalam pandangan lama kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid memperoleh ijazah.
B. peranan kurikulum
a. peranan konservatif
b. peranan kritis atau evaluatif
c. peranan kreatif
C. fungsi kurikulum
a. fungsi penyesuaian
b. fungsi integrasi
c. fungsi diferensiasi
d. fungsi persiapan
e. fungsi pemilihan
f. fungsi diagnostik
Chafter 2
Studi Lapangan Kurikulum
Penulisan tentang gambaran kurikulum dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang luasnya bidang akademik kurikulum yang digunakan selama lebih dari satu abad yang lampau yang lebih dikenal sebagai ”lapangan kurikulum”.
Chafter 3
Pendekatan Studi Kurikulum
Pendekatan mata pelajaran bertitik tolak dari mata pelajaran seperti sejarah, ekonomi, ilmu alam, ilmu berhitung dan lain sebagainya.
a. Pendekatan interdisiplener, merupakan pendekatan yang memadukan atau menggabungkan sejumlah mata pelajaran yang memiliki yang sama, yang menjadi satu bidang studi.
b. Pendekatan integratif, pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur.
c. Pendekatan sistem, sistem adalah sustu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian, komponen itu saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Chafter 4
Berbagai Masalah Kurikulum
A. Masalah umum dikelompokkan kedalam delapan kelompok yaitu bidang cakupan, relevansi, keseimbangan, integrasi, sekuens, kontinuitas, artikulasi dan kemampuan transfer.
B. Masalah khusus dalam kurikulum, mencakup masalah yang berhubungan berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang diharapkan oleh sekolah. Masalah yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum. Masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi kurikulum.
C. Peran guru dalam pengembangan kurikulum yaitu bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan maupun sebagai tugas yang berupa penyampaian bidang studi atau mata pelajaran yang sesuai dengan program yang diran cang kurikulum.


Chafter 5
Falsafah
A. falsafah pendidikan, menyatakan sesuatu yang sangat penting karena mengandung keyakinan yang berupa serangkaian cita-cita dan nilai-nilai yang sangat baik menurut pandangan masyarakat.
B. Terdapat empat falsafah di sekolah
1. rekonstrusisme
2. perenialisme
3. esensialisme
4. progresivisme
C. Falsafah Negara Pancasila sebagai Dasar Pendidikan Nasional
a. Rumusan pancasila dan pancasila sebagai dasar pendidikan nasional.
Chafter 6
Kemasyarakatan.
A. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial meliputi subsistem kepercayaan, subsistem nilai, subsistem klebutuhan masyarakat, dan subsistem permintaan.
B. Kekuatan sosial yang mempengaruhi kurikulum, diantaranya kekuatan sosial yang resmi, kekuatan sosial setempat, organisasi profesional, dan kelompok atau organisasi yang bergerak berdasarkan kepentingan tertentu.
Chafter 7
Kebudayaan
A. Peradaban kebudayaan, kebudayaan merupakan lingkunga sosial manusia, dalam arti yang luas dan menyeluruh yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat tertentu.
B. Masyarakat dan peradaban, peradaban menjiwai masyarakat dan sebaliknya masyarakat mempengaruhi perkembangan peradaban.
C. Dimensi kebudayaan, yaitu keluarga, pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan teknologi.
D. Perubahan sosial kultural meliputi perubhan kebudayaan dan perubahan sosial.
E. Penyebab perubahan kebudayaan yaitu hasil-hasil penemuan, difusi kebudayaan, cita-cita dan ideologi, faktor geografis, perubahan penduduk.
F. Perubahan kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh faktor geografis, cita-ciat dan ideologi masyarakat, pertumbuhan penduduk, pengaruh teknologi medern dan integrasi kebudayaan nasional.
Chafter 8
Psikologi Belajar
A. belajar merupakan proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
B. Teori belajar diantaranya, psikologi budaya, teori mental state, psikologi behaviorisme, teori koneksionisme, psikologi Gestalt.
C. Faktor-faktor belajar yaitu, kegiatan belajar, latihan dan ulangan, kepuasan dan kesenangan, asosiasi dan transfer, kesiapan dan kesediaan belajar, minat dan usaha, intelegensi, fisiologis.
D. Belajar dan implikasinya dalam penyusunan kurikulum.
a) Perencanaaan kurikulum harus bersifat fleksibel
b) Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan latar belakang siswa dan lingkungannya.
c) Penyusunan kurikulum hendaknya disertai dengan kegiatan evaluasi.
Chafter 9
Perkembangan Siswa
A. siswa sebagai anggota masyarakat
B. pertumbuhan dan perkembangan siswa, meliputi perubahan jasmani, tekanan kultural dan perubahan fisiologis.
C. Kebutuhan para remaja, yaitu kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu.
D. Developmental Tasks adalah suatu tugas yang muncul dalam periode kehidupan seseorang.
Chafter 10
Pengembangan tujuan pendidikan
A. Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan ber-pancasila yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai bidi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termakhtub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
B. Tujuan institusional terbagi menjadi, tujuan pendidikan sekolah menengah dan dan tujuan sekolah menengah kejuruan.
C. Tujuan instruksional yaititujuan konten dan tujuan proses, tujuan tingkah laku, tujuan penampiulan, tujuan ekspensif.
Chafter 11
Model Kurikulum
A. Kurikulum humanistik, berdasarkan kurikulum humanistik fungsi kurikulum adalah menyiapkan peserta didik dengan berbagai pengalaman nalurian yang sangat berperan dalam perkembangan individu.
B. Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan.
C. Kurikulum teknologi, dikalangan pendidikan teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berbasis komputer, sistem pembelajaran individu serta kaset atau video pembelajaran.
D. Kurikulum akademik
E. Model dinamik, pengembangan kurikulum dapat dimulai dengan unsur kurikulum apapun dan diproses dalam urutan atau susunan apapun.
F. Konsepsi kurikulum adalah landasan dasar tentang apa yang kita pikirkan dan tindakan apa yang kita lakukan mengenai kurikulum.
Chafter 12
Organisasi Kurikulum
A. Pemilihan dan penentuan isi kurikulum, isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan.
B. Prosedur pengorganisasian kurikulum adalah dua hal yang sulit dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena keduanya merupakan suatu rangkaian penyusunan kerangka kurikulum.
Chafter 13
Perencanaa Kurikulum
A. Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mendapat tujuan tersebut melalui situasi belajar mengajar serta penelaahan keefektipan dan kebermaknaan metode tersebut.
B. Karakteristik perencanaan kurikulum yaitu perencanaa kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang berbagai hal yang menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karakteristik masyarakat sekarang dan masa depan serta kebutuhan dasar manusia. Perencanaan harus dibuat dalam kerangka kerja yang komprehensif. Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat.
C. Kerangka kerja perencanaan kurikulum yaitu pondasi, tujuan, general objectives, decision screen dan komponen perencanaan kurikulum.
D. Komponen perencanaan kurikulum ,faktor yang mempengaruhinya tujuan, konten, aktivitas belajar, sumber dan evaluasi.
Chafter 14
Pengembangan Kurikulum
A. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik.
B. Kerangka pengembangan kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam penbuatan keputusan yaaitu asumsi yang digunakan, tujuan pengembangan kurikulum, penilaian kebutuhan, konten kurikulum, sumber materi kurikulum, implementasi kurikulum, evaluasi kurikulum dan keadaan dimasa mendatang.
Chafter 15
Desain Pengembangan Kurikulum
A. Desain pengembangan kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi, implementasi dan evaluasi kurikulum.
B. Komponen pengembangan kurikulum yaitu program kegiatan, rencana pengembangan sekolah, organisasi dan struktur kurikulum, penilaian, perencanaan jangka pendek dan menengah dan strategi monitoring.
C. Model desain pembelajaran sistematik diantaranya identifikasi tujuan intruksional, analisis intruksional, identifikasi perilaku dan karakteristik, penulisan tujuan performa, pengembangan butir tes acuan, pengembangan strategi intruksional, pengembangan bahan intruksional, desain dan pelaksanaan evaluasi formatif.
Chafter 16
Perencanaan Pengajaran
A. Tujuan dan fungsi perencanaan yaitu memberi pegangan bagi para pihak yang terkait mulai dari level makro sampai mikro dilapangan agar mengetahui arah yang dituju untuk mengurangi dampak perubahan, pemborosan dan kesia-siaan serta menetapkan acuan untuk memudahkan pengawasan.
B. Jenis-jenis perencanaan yaitu perencanaan permulaan, perencanaan tahunan, perencanaan hari pertama, perencanaan terus menerus, perencanaan bersama, pengikutsertaan murid dalam perencanaan, perencanaan jangka panjang, perencanaan harian dan mingguan, rencana harian kerja, persiapan mengajar harian, reseource unit, rencana pengajar unit, paket pembelajaran modular.
Chafter 17
Pihak-pihak yang Terkait dalam Pengembangan Kurikulum
A. Sumber daya manusia pengembang kurikulum adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum, dari tingkat pusat sampai ketingkat daerah.
B. Peran guru dalam pengembangan kurikulum yaitu pengelola administratif, pengelola konseling dan pengembangan kurikulum, sebagai tenaga profesi kependidikan, berpartisifasi dalam pengembangan kurikulum, meningkatkan keberhasilan sistem intruksional, pendekatan kurikulum, meningkatkan pamahaman konsep diri, memupuk hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa.


Chafter 18
Implementasi Kurikulum
A. Implementasi kurikulum yaitu aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran.
B. Tahap-tahap implementasi terdiri dari pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum yaitu karakteristik kurikulum, strategi implementasi, karakteritik pengguna kurikulum.
D. Prinsip-prinsip implementasi kurikulum yaitu perolehan kesempatan yang sama, berpusat pada anak, pendekatan dan kemitraan, kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.
E. Unsur-unsur implementasi kurikulum yaitu pelaksanaan kurikulum, bahasa pengantar, hari belajar, kegiatan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, remedial,pengayaan dan percepatan belajar, bimbingan dan konseling, pengembangan atau penyusunan silabus.
F. Komponen-komponen kurikulum yaitu studi program baru, identifikasi sumber daya, penetapan peran, pengembangan profesional, penjadwalan, sistem komunikasi.
Chafter 19
Evaluasi Kurikulum
A. Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
B. Aspek evaluasi kurikulum yaitu evaluasi kurikulum dan sistem kurikulum serta evaluasi kurikulum dan pengembangan kurikulum.
C. Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum yaitu tujuan tertentu, bersifat objektif, bersifat komprehensif, kooperatif dan bertanggungjawab dalam perencanaan, efisien, dan berkesinambungan.
D. Jenis-jenis strategi evaluasi yaitu terdiri atas penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan yang relevan, pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain prosedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program, penentuan keefektipan proyek yang telah dilaksanakan melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasil yang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.
E. Prosedur strategi evaluasi yaitu evaluasi kebutuhan dan fleksibility, evaluasi masukan, evaluasi proses dan evaluasi produk.
F. Komponen desain evaluasi yaitu penentuan garis besar evaluasi, pengumpulan informasi, organisasi informasi, analisis informasi, pelaporan informasi dan rencana evaluasi.
G. Rencana evaluasi kurikulum menyangkut beberapa aspek pengembangan kurikulum, termasuk sejumlah metode dan teknik yang sering dipakai dalam bidang lain selain bidang pendidikan.
Diambil dari buku karangan Prof. Dr. H. Oemar Hamalik

Minggu, 29 Mei 2011

Teori-Teori Belajar

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Biologi yang dibimbing oleh Bapak Drs. Muh. Muttaqin


Disusun Oleh:
Nur Euis Istiqomah
208 203 952


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009

TEORI-TEORI BELAJAR

A. Teori Belajar Menurut Brunner
Penemuan Jarome Brunner ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam bagaimana upaya Jerome Brunner untuk memperbaiki sistem pendidikan di Sekolah Dasar dan Menengah. Oleh karena itu, Jarome Bruner melihatnya sebagai proses pembentukan konsep dan proses penemuan.
Teori Belajar menurut Bruner Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif, dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak, Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan .
Perlu diketahui, tidak hanya itu saja namun dalam proses belajar juga ada empat tema pendidikan yang perlu diperhatikan yaitu: a) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, b) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar, c) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, d) motivasi atau keinginan untuk belajar.siswa, dan guru untuk memotivasinya. Maka dalam pengajaran di sekolah Brunner mengajukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencakup: a) Pengalaman-pengalaman Optimal untuk mau dan Dapat Belajar.
Pembelajaran dari segi siswa dalah membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan masalah. Dalam mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.
b) Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal.
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak. Dengan perkataan lain, anak dibimbing dalam memahami sesuatu dari yang paling khusus (deduktif) menuju yang paling kompleks (induktif), bukannya konsep yang lebih dahulu diajarkan, akan tetapi contoh-contoh kongkrit dari kejujuran itu sendiri. Bruner juga mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas. Misalnya teori belajar yang memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan materi penjumlahan. Oleh karena itu, Burnner mengkaitkan pembelajaran dengan tahap-tahap perkembangan mental yaitu :
 Peringkat ikonik 2 – 4 tahun
 Peringkat enaktif 0 – 2 tahun
 Peringkat simbolik 5 – 7 tahun.
Selain itu, Brunner juga mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada anak untuk menemukan sesuatu aturan melalui contoh-contoh yang digambarkan atau yang menjadi sumbernya. Untuk lebih jelasnya, Brunner menemukan proses pembelajaran tersebut melalui guru, guru memperkenalkan satu fenomena dengan beberapa cara yaitu :
 Siasatan, menghendaki pelajar menyiasat bagaimana fenomena itu berlaku atau kajian dibuat dari beberapa sumber, seperti: buku di perustakaan, perbincangan dengan kawan, perbincangan dengan guru, pemerhatian.
 Guru berbincang bersama pelajar di dalam kelas setelah membuat uji kajian jawaban yang diperoleh.
 Dalam teorinya Burnner juga mengemukakan bentuk hadiah atau pujian dan hukuman perlu dipikirkan cara penggunaannya dalam proses belajar mengajar. Sebab Ia mengakui bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik, bisa berubah menjadi dorongan bersifat intrinsik.Demikian juga pujian dan guru dapat menjadi dorongan yang bersifat ekstrinsik, dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat intrinsik. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa merasa puas.
Kesimpulan dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, dan guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka.
Berdasarkan uraian di atas teori belajar Bruner, dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Dan cara mengatur kegiatan kognitif dengan menggunakan sistematika alur piker dan sistematik proses belajar itu sendiri. Orang yang menggunakan alur pikir dalam pemecahan masalah, Ia akan berfikir sistematis dan dapat mengkontrol kegiatan kognitifnya, sehingga pembelajaran akan lebih efisien.



B. Teori Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel dalam (Dahar, 1988: 134) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya mencoba-coba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Prinsip-prinsip pembelajaran :
a) Pengaturan awal
Pengaturan awal dapat digunakan guru dalam membantu mengaitkan konsep lama dengan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
b) Deferensiasi progresif.
Dalam proses belajar bermakna perlua ada pengmbangan dan evaluasi konsep-konsep. Caranya, unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti pembelajaran dari umum ke kuhsus.

c) Belajar super ordinat
Adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut.
d) Penyesuaian integrative.

C. Teori Belajar Menurut Piaget
Menurut Piaget perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan; pertama, pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian langsung alat, bahan, atau media belajar yang lain. Kedua, peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar yang luas.
Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi yang terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa suatu kerangka mental untuk memahami lingkungan mereka. Guru seharusnya menyediakan diri sebagai model dengan cara memecahkan masalah tersebut dan membicarakan hubungan antara tindakan dan hasil. Guru seharusnya hadir sebagai nara sumber, dan seharusnya bukan menjadi penguasa kelas yang memaksakan jawaban yang benar. Siswa harus bebas membangun pemahaman mereka sendiri. Pendidik juga harus belajar dari siswa. Mengamati siswa selama aktivitas meraka dan mendengarkan secara seksama pertanyaan mereka yang banyak mengungkapkan minat dan tingkat belajar mereka. Solusi siswa terhadap masalah dan pertanyaan mereka mencerminkan pandangan mereka.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

D. Teori Belajar Menurut Gagne
Teori belajar menurut Gagne adalah bahwa belajar bukanlah sesuatu yang terjadi secara alamiah, tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi (1) internal, yang menyangkut kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya dan (2) eksternal, yang merupakan situasi belajar dan penyajian stimuli yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. (Sutikno Sobri, 2007;12).
Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne (1970) dapat digambarkan sebagai stimulus (S)-----Respon). S yaitu situasi yang memberi stimulus sedangkan R adalah Respons atau stimulus itu, dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati. Yang bertalian sistem alat syaraf dimana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat indra. Stimulus itu merupakan input yang ada diluar individu, sedangkan respons adalah outputnya, yang juga ada diluar individu sebagai hasil belajar yang diamati (Nasution, 2000: 136).

Analisis Teori Belajar
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.
Menurut kelompok kami teori belajar yang paling tepat adalah teori belajar Gagne, adalah belajar bukanlah sesuatu yang terjadi secara alamiah, tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi (1) internal, yang menyangkut kesiapan siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya dan (2) eksternal, yang merupakan situasi belajar dan penyajian stimulus yang secara sengaja diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Selain itu, Gagne menjelaskan tiga hal, yaitu taksonomi hasil belajar, kondisi belajar khusus, dan sembilan peristiwa pembelajaran.
Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Ia mengatakan, hal tersebut dikarenakan atas asumsi bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan kondisi belajar yang berbeda pula. Artinya begini, untuk membangun strategi kognitif siswa memerlukan kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun sikap atau keterampilan motorik. Taksonomi yang dibuat oleh Gagne ini adalah taksonomi hasil belajar pertama.
Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting untuk mengkategorisasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, alias taksonomi seperti dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru/tutor/dosen dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, harus sangat-sangat memperhatikan kondisi khusus (critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Misal, jika tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata, katakanlah maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk (cues) atau tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.

Hal ketiga adalah sembilan peristiwa pembelajaran, yaitu:
1. Gaining Attention; yaitu upaya tata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
2. Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh;
3. Stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari berikutnya;
4. Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus;
5. Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar;
6. Eliciting performance; tingkatkan kinerja;
7. Providing feed back; alias berikan umpan balik;
8. Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka;
9. Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.

REFERENSI

 Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
 Sutikno, Sobri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Project
 http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/pembelajaran-menurut-aliran-kognitif-ja.html
 http://teoripembelajaran.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-kognitif.html
 http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-bermakna-menurut-ausubel.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget

Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Biologi yang dibimbing oleh Bapak Drs. Muh. Muttaqin


Disusun Oleh:
Nur Euis Istiqomah
208 203 952



FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2009
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah swt. Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, yang telah membawa kita kepada gerbang keselamatan. Kami membuat laporan ini bertujuan agar pembaca semua bisa memahami materi yang akan kami tuangkan dalam sebuah diskusi, yang membahas tentang “Persamaan dan Perbedaan Pengajaran dan Pembelajaran”.
Semoga apa yang telah kami lakukan bisa bermanfaat umumnya bagi pembaca khususnya bagi kami semagai penulis, dan tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memebantu kami dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini kami buat dengan semaksimal mungkin, dan apabila dalam pembuatan makalah ini ada kekeliruan, kami mohon pembaca dapat memakluminya dan semoga untuk kedepannya kami bisa lebih baik dalam pembuatan laporan-laporan yang lainnya. Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


Bandung, Oktober 2009

Penulis

A. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pendapat lain mengartikan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung secara efektif. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa pendidikan itu didapat oleh siswa, bukan diterima. Pandangan senada menyatakan bahwa guru tidak dapat memberikan pendidikan apapun kepada siswa, tetapi siswa itulah yang harus mendapatkannya. Pandangan-pandangan yang menekankan faktor penting keaktifan siswa ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan arti penting pengajaran. Namun pada kenyataannya pengajaran menjadi sesuatu yang terabaikan. Memang pada akhirnya hasil yang dicapai oleh siswa dari belajarnya tergantung pada usahanya sendiri, tetapi bagaimana usaha itu terkondisikan banyak dipengaruhi oleh faktor pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Untuk itulah pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable) yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. mengusahakan lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar;
b. mengatur bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan siswa untuk mencerna;
c. memilih suatu strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan efektifitas dan kondisi psikologis siswa serta pertimbangan lainnya yang sesuai dengan konteks objektif di lapangan;
d. memilih jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat untuk keperluan belajar siswa.
Pada waktu yang sama, pandangan tersebut akan menyarankan cara-cara yang dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk siap, mau dan mampu belajar. Hal ini pada gilirannya akan mengarah secara langsung kepada suatu teori motivasi dan kepada suatu teori pendidikan tentang pertumbuhan kepribadian.

2. Pengertian Pengajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Tanda-tanda perkembangan tersebut, dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian di bawah ini :
1) Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar;
2) Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipunn peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya;
3) Pengajaran sebagai suatu sistem.Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka.
Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni :
a. Profesi guru,
b. Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c. Tujuan pendidikan dan pengajaran,
d. Program pendidikan dan kurikulum,
e. Perencanaan pengajaran,
f. Strategi belajar mengajar,
g. Media pengajaran,
h. Bimbingan belajar,
i. Hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan
j. Manajemen pendidikan / kelas.
Proses pembelajaran berlangsung dalam suasana tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalm situasi ini, terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu ; tujuan pembelajaran, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan terarah serta bertujuan. Dalam istilah lain, kegiatan pembelajaran terdiri dari : tahap perencanaan, pelaksanaan/implementasi, dan evaluasi.
Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.

B. Persamaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Sama-sama proses utama dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, baik pembelajaran maupun pengajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Karena keduanya merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
2. Menggunakan guru sebagai pelaku, transfer dan pembimbing
Peran yang dimiliki oleh seorang guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator dengan kata lain ialah sebagai pelaku dalam pentransferan pengetahuan sekaligus sebagai pembimbing. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan proses pembelajaran ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran.
3. Tujuannya sama-sama untuk perubahan atas sikap dan prilaku
Keduanya bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan yang dilakukan secara sadar dan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu dan latihan berinteraksi dengan lingkungannya.

C. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran
1. Fokus usaha pada guru adalah pengajaran (teaching) berfokus mengajar(i) atau transfer kompetensi.
Pembelajaran (intructional) adalah bagian dari mengajar dan untuk mendidik dengan karakter yang khas atau memandu atau membimbing siswa dalam satu kompetensi tertentu yang ditentukan dalam KTSP, yang menjadi pusat dalam pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa adalah sebagai bawahan atau dianggap siswa tidak mengetahui apa-apa (komunikasi satu arah).
2. Fokus hasil pengajaran siswa mampu mendapatkan suatu potensi dari RPP yang digariskan menurut kurikulum, fokusnya siswa biasa belajar mau, terampil dan membangkitkan kemauan belajar.
Dari segi guru, proses tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses inteernal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses tersebut ”tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Perilaku tersebut tampak pada tindak-tindak belajar tentang beberapa mata pelajaran yang merupakan respon siswa terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksional guru. Dalam desain intruksional, guru membuat tujuan instruksional khusus, atau sasaran belajar.
Adapun hubungan pembelajaran dalam rangka emansipasi diri siswa menuju kemandirian adalah:
1. Guru yang membuat desain instruksional memandang siswa sebagai partner yang memiliki asas emansipasi diri menuju kemandirian. Guru menyusun acara pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tujuan pembelajaran tersebut juga merupakan sasaran belajar bagi siswa menurut pandangan dan rumusan guru.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. Tindak pembelajaran tersebut menggunakan bahan belajar, wujudnya adalah berbagai bidang studi di sekolah.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialammi oleh siswa, suatu respons terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses ini, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Perilaku tersebut dapat berupa perilaku yang tak dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya perilaku-perilaku yang dikehendaki yang diperkuat
7. hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.
8. Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri.
Guru membuat desain instruksional yang berlaku bagi semua siswa dan juga merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa, sebab rumusan tujuan tersebut diorientasikan bagi kepentingan siswa memperhitungkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa.
Dari segi guru, tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak belajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Acuan tersebut, berarti juga mengaitka pada bahan belajar yang harus diajarkan oleh guru.
Dari segi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar yang dapat diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar. Karena keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat begi program belajar selanjutnya. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri.

D. Dimensi Belajar
1. Sikap dan Persepsi Positif tentang Belajar
Sikap dan persepsi mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Jika siswa memiliki pandangan yang kurang menyenangkan terhadap kelasnya, maka mereka tidak akan dapat belajar banyak; demikian pula jika siswa memiliki sikap negatif terhadap tugas-tugasnya di kelas maka perolehan belajarnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Mudah untuk dipahami bahwa sikap dan persepsi belajar sangat mempengaruhi proses belajar. Sikap dapat mempengaruhi belajar secara positif, sehingga belajar menjadi mudah, sebaliknya sikap juga dapat membuat belajar menjadi sangat sulit.
Ada dua kategori sikap dan persepsi yang mempengaruhi belajar: (1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan persepsi terhadap tugas-tugas kelas. Guru yang efektif memberikan penguatan terhadap kedua kategori itu dengan teknik yang jelas dan sesuai.
Guru seyogyanya membantu menumbuhkan sikap, dan persepsi siswa yang positif terhadap iklim belajar dengan menekankan aspek-aspek internal siswa (suasana mental yang kondusif) daripada aspek-aspek eksternal. Aspek-aspek internal ini meliputi dua hal, yaitu (1) penerimaan oleh guru dan teman sekelas (kontak mata, penguatan, d1l), dan (2) kenyamanan suasana fisik di dalam kelas (perabot yang nyaman, aturan-aturan yang menyenangkan, dll). Guru dapat membantu menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap tugas-tugas kelas dengan cara memberikan pemahaman akan nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber.
Elemen kunci untuk pembelajaran yang efektif adalah membantu siswa untuk mengembangkan sikap dan persepsi positif tentang belajar dan kelasnya.

2. Berfikir Bagaimana Cara Memperoleh dan Mengintegrasikan Pengetahuan
Membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru, mengintegrasi-kannya dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki, dan menyimpannya di dalam memori merupakan aspek penting lain dalam belajar.
Ketika siswa belajar tentang informasi baru, mereka harus dituntun dalam menghubungkan pengetahuan baru tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, mengorganisasikan informasi tersebut, kemudian menjadikannya sebagai bagian pengetahuannya di Long-term Memory (LTM) yang dikatakan sebagai proses internalisasi.
Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami sesuatu, umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh pengetahuan. Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk memperoleh pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing, yaitu:
1. Tenacity, yang dimaksud dengan metode tenacity adalah cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umumnya terjadi.
Contoh: seseorang yang meyakini bahwa warna biru adalah warna keberuntungan karena sering memperoleh hal-hal yang menyenangkan setiap kali ia bersinggungan dengan warna biru, seperti memakai baju biru, membeli barang berwarna biru, dan lainnya.
2. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan pada pihak yang dianggap kompeten.
Contoh: seseorang percaya bahwa besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.
3. A priori, metode memperoleh pengetahuan dengan menitikberatkan pada kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari pihak luar.
Contoh: seseorang yang tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.
4. Science, cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian dugaan, pengontrolan variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini karena pada science telah dilakukan serangkaian ujicoba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan pada ketiga metode sebelumnya.
3. Memperluas dan Mengembangkan Pengetahuan
Belajar tidak berhenti sampai memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan. Siswa diharapkan mengembangkan pengetahuannya secara lebih mendalam melalui proses perluasan dan pendalaman pengetahuan dengan cara menganalisis apa yang telah dipelajari. Proses analisis dapat dilakukan melalui kajian perbandingan, klasifikasi, abstraksi, induktif/deduktif, mengkonstruksi, analisis kesalahan, analisis perspektif.
Guru diharapkan mempertimbangkan dua pertanyaan penting berkenaan dengan perencanaannya terhadap dimensi ketiga ini :
 Informasi apa yang penting bagi siswa agar mereka dapat memperluas dan memperdalam pengetahuannya ?
 Strategi dan aktivitas apa yang akan digunakan untuk membantu siswa memperluas dan memperdalam informasi tersebut ?

4. Menggunakan Pengetahuan secara Bertahap
Belajar yang dianggap paling efektif adalah ketika pengetahuan digunakan untuk menunjukkan tugas-tugas yang bermakna secara bertahap. Pastikan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya menjadi bermakna.
Melalui proses pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir seperti membuat keputusan, memecahkan masalah, penemuan, penyelidikan, eksperimen, dan analisis sistem, maka siswa akan menggunakan pengetahuannya tersebut secara bermakna.

5. Pembiasaan Produktif dalam Hal Berpikir
Aspek terakhir dalam dimensi belajar berkenaan dengan kebiasaan berpikir yang produktif, yakni kebiasaan berpikir kritis dan kreatif. Meskipun penguasaan konten itu perlu, tetapi hal ini bukanlah tujuan utama pendidikan.
Pengembangan mental pembiasaan di mana siswa belajar menurut apa yang diinginkan atau dibutuhkan dalam kehidupannya merupakan tujuan terpenting dalam pendidikan. Beberapa kebiasaan berpikir di antaranya :
 Memahami dan mencoba untuk memahami dengan jernih
 Berpikir secara terbuka (open mided)
 Berupaya untuk menahan dorongan emosi
 Menyadari akan konsekuensi terhadap pemikirannya sendiri
 Melakukan evaluasi terhadap efektivitas perilaku
 Mendorong diri sendiri untuk berkembang berdasarkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
 Konsisten terlibat dalam tugas-tugas meskipun jawaban atau solusi terhadap masalah belum diperoleh.
Dari sikap dan persepsi positif tentang belajar di atas, yang mendorong munculnya model-model pengajaran.
Model Pengajarannya adalah: a. Konsep
b. Keterampilan Proses
c. Keterampilan Berfikir Kritis
d. Keterampilan Berfikir Kreatif
e. Keterampilan Berfikir Produktif

REFERENSI
 Sagala, Syaiful. 2008. ”Konsep dan Makna Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.
 Surya, Mohammad. 2004. “Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
 Sutikno, Sobri M. 2008. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Prospect
 Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah. 2008. ”Landasan Pendidikan”. Bandung: Insan Mandiri.
 http://74.125.153.132/search?q=cache:pHR9Zg4orLkJ:curriculumstudy.files.wordpress.com/2007/10/pelaksanaanpembelajaran.doc+pengertian+pengajaran&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
 http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekat-pembelajaran/
 http://waraskamdi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=6

Pembelajaran Inovatif

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dirasakan secara nasional adalah perubahan kurikulum. Sejak tahun 1980 hingga tahun 2006, Indonesia setidaknya lima kali telah mengalami perubahan kurikulum. Namun, patut diakui bahwa hasil-hasil pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Lulusan sekolah di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya.
Rendahnya tingkat kompetisi dan relevansi lulusan tersebut dapat digunakan alternatif refleksi bahwa tingkat kompetisi dan relevansi pembelajaran juga patut dipikirkan. Kompetensi peserta didik sebagai produk pembelajaran sangat menentukan tingkat kehidupannya kelak setelah mereka menjalani hidup di dunia nyata. Artinya, kompetensi itu sangat penting bagi setiap orang dalam menghadapi perkembangan teknologi yang begitu pesat. Lebih-lebih dalam menghadapi era informasi, AFTA, dan perdagangan bebas di abad pengetahuan yang banyak ditandai oleh pergeseran peran manufaktur ke sektor jasa berbasis pengetahuan, kompetensi itu merupakan salah satu faktor yang sangat menetukan kehidupan manusia. Artinya, ketika kehidupan telah berubah menjadi semakin maju dan kompleks, masalah kehidupan yang banyak diwarnai oleh fenomena dunia nyata diupayakan dapat dijelaskan secara keilmuan. Berdasarkan pemilikan kompetensi keilmuan tersebut, maka peserta didik diharapkan mampu memecahkan dan mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapi dengan cara lebih baik, lebih cepat, adaptif, lentur, dan versatile.
Perubahan-perubahan tersebut sangat strategis untuk diinternalisasi dan dipahami oleh para guru di sekolah. Secara lebih spesifik, perubahan yang patut dipahami adalah yang menyangkut pembelajaran. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstruktivitik yang senantiasa mengakomodasi pengetahuan awal sebagai starting point.
Seperti kita ketahui, berdasarkan Kurikulum Sains, sains merupakan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Idealnya, pembelajaran sains digunakan sebagai wahana bagi siswa untuk
menjadi ilmuwan. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan. Namun hal tersebut berbeda dengan realita di lapangan masih terkendala untuk mewujudkan idealita tersebut.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) saat ini berakibat pada perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. E. Mulyasa (2008:9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan perkembangan iptek. Kesuksesan pendidikan anak Indonesia merupakan ujung tombak kemajuan bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara lain.
Realita proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas didominasi oleh kegiatan belajar yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi. Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir. Sebagaimana yang diungkapkan Mary bahwa Thinking outside the box is sometimes difficult when students and teachers are working within the constraints of a traditional classroom. Students especially have their outlooks limited by classroom walls because they often do not yet have a wide perspective on the potential for their actions to have civic consequences.
Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna. Hal ini se-bagaimana diungkapkan Abdurrahman bahwa selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mempelajari sains yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaran sehingga sains kurang berkesan dalam benak mereka. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Inovatif
Inovasi pendidikan (education innovation) adalah pembaharuan pendidikan secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati, 2008). Santyasa (2005:5) menambahkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembaharuan pendidikan yang mengaktifkan siswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan pembelajaran student centered.
Menurut Marsaja keunggulan pembelajaran inovatif adalah:
(1) Kualitas hasil belajar yang dicapai menjadi lebih tinggi;
(2) Lingkup hasil belajar menjadi lebih komprehensif;
(3) Pembelajaran inovatif tidak saja menekankan pada hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap.
Konsekuensinya tentu akan memerlukan waktu yang lebih lama karena dilakukan untuk mencapai banyak hasil belajar. Pembelajaran inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa (student centered learning) juga memiliki keragaman model pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
Metode-metode tersebut diantaranya sebagai berikut:
 Berbagi informasi (information sharing) dengan cara: curah gagasan
(brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion),
diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar
 Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning) dengan cara: studi kasus, tutorial, dan lokakarya.
 Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu. Salah satu metode alternatif yang saat ini sedang digemari dan diyakini lebih berhasil dari kegiatan ceramah adalah pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam.
Pendidikan adalah proses interaksi antara siswa dengan dirinya sendiri
(konsentris), siswa dan alam sekitar (horisontal) dan interaksi siswa dengan Allah SWT (vertikal), tetapi banyak metode pengajaran kita yang memisah-misahkan ketiga interaksi tersebut. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari pentingnya pembelajaran yang bermakna dengan menciptakan keseimbangan antara guru, siswa, dan lingkungan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memahami dan menerapkan berbagai metode atau model mengajar semisal CTL, Cooperative learning, Quantum learning, quantum teaching, accelerated learning dan sebagainya.
Dalam laporan ini kami akan membahas tentang pembelajaran inovatif berbasis pemecahan masalah.

2. Pembelajaran Inovatif Berbasis Reasoning and Problem Solving
Di abad pengetahuan ini, isu mengenai perubahan paradigma pendidikan telah gencar didengungkan, baik yang menyangkut content maupun pedagogy. Perubahan tersebut meliputi kurikulum, pembelajaran, dan asesmen yang komprehensif (Krulik & Rudnick, 1996). Perubahan tersebut merekomendasikan model reasoning and problem solving sebagai alternatif pembelajaran yang konstruktif. Rasionalnya, bahwa kemampuan reasoning and problem solving merupakan keterampilan utama yang harus dimiliki siswa ketika mereka meninggalkan kelas untuk memasuki dan melakukan aktivitas di dunia nyata.
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical thinking, dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan memahami konsep. Kemampuan-kemapuan critical thinking adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit, dan penerap ide.
Problem adalah suatu situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut (Krulik & Rudnick, 1996).
Jadi aktivitas dapat kami simpulkan problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah. Kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah pembelajaran (Krulik & Rudnick, 1996), yaitu:
(1) membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan situasi, mendeskripsikan seting pemecahan,
(2) mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar),
(3) menseleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen, reduksi atau ekspansi, deduksi logis, menulis persamaan),
(4) menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar, dan geometri),
(5) refleksi dan perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil).
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya peran guru sebagai transmiter pengetahuan, demokratis, guru dan siswa memiliki status yang sama yaitu menghadapi masalah, interaksi dilandasi oleh kesepakatan.
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah. Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses berpikir dasar, kritis, kreatif, berpikir tingkat tinggi, dan strategi pemecahan masalah non rutin, dan masalah-masalah non rutin yang menantang siswa untuk melakukan upaya reasoning dan problem solving.
Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna. Sedangkan dampak pengiringnya adalah hakikat tentatif krilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin.

3. Karakteristik dan Model Contoh Pembelajaran Berbasis Problem Solving
Model problem solving memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
(1) belajar dimulai dengan suatu permasalahan,
(2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata pembelajar,
(3) mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu,
(4) memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada pebelajar dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri,
(5) menggunakan kelompok kecil, dan
(6) menuntut pebelajar untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).
Masalah dalam model problem solving mengintegrasikan komponen-komponen konteks permasalahan, representasi atau simulasi masalah, dan manipulasi ruang permasalahan. Masalah yang diberikan kepada pebelajar dikemas dalam bentuk ill-defined.
Representasi atau simulasi masalah dapat dibuat secara naratif, yang mengacu pada permasalahan kontekstual, nyata dan authentik. Manipulasi ruang permasalahan memuat objek-objek, tanda-tanda, dan alat-alat yang dibutuhkan pebelajar dalam memecahkan masalah. Manipulasi ruang permasalahan memungkinkan terjadinya belajar secara aktif dan bermakna. Aktivitas menggambarkan interaksi antara pebelajar, objek yang dipakai, dan tanda-tanda serta alat-alat yang menjadi mediasi dalam interaksi.
Model problem solving dijalankan dengan 8 langkah, yaitu:
(1) menemukan masalah,
(2) mendefinisikan masalah,
(3) mengumpulkan fakta-fakta,
(4) menyusun dugaan sementara,
(5) menyelidiki,
(6) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,
(7) menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif,
(8) menguji solusi permasalahan.
Menemukan masalah. Pebelajar diberikan masalah berstruktur ill-defined yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan. Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada pebelajar untuk melakukan penyelidikan. Pebelajar menggunakan kecerdasan inter dan intra personal untuk saling memahami dan saling berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan permasalahan yang dikaji.
Mendefinisikan masalah. Pebelajar mendefinisikan masalah menggunakan kalimatnya sendiri. Permasalahan dinyatakan dengan parameter yang jelas. Pebelajar membuat beberapa definisi sebagai informasi awal yang perlu disediakan. Pada langkah ini, pebelajar melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki dalam memahami dan mendefinisikan masalah.
Mengumpulkan fakta-fakta. Pebelajar membuka kembali pengalaman yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan fakta-fakta. Pebelajar melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada tahap ini, pebelajar mengorganisasikan informasi-informasi dengan menggunakan istilah “apa yang diketahui (know)”, “apa yang dibutuhkan (need to know)”, dan “apa yang dilakukan (need to do)” untuk menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan permasalahan.
Menyusun dugaan sementara. Pebelajar menyusun jawaban-jawaban sementara terhadap permasalahan. Dalam hal ini, pebelajar juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat hubunganhubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan langkah-langkah yang logis.
Menyelidiki. Pebelajar melakukan penyelidikan terhadap data-data dan informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Pebelajar melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam memahami dan memaknai informasi dan fakta-fakta yang ditemukannya. Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan pebelajar dapat menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami dunia mereka.
Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan. Pebelajar menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Pebelajar melibatkan kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan yang jelas dalam menganalisis data.
Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif. Pebelajar berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang relevan dengan permasalahan. Setiap anggota kelompok secara kolaboratif mulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahan dari berbagai sudut pandang. Pada tahap ini proses pemecahan masalah berada pada tahap menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan yang dihasilkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi menjadi mediasi untuk menghimpun sejumlah alternatif pemecahan masalah yang menghasilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara individual.
Menguji solusi permasalahan. Pebelajar menguji alternatif pemecahan yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara komprehensip antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan terbaik. Pebelajar menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat, membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam menguji alternatif pemecahan. Minimnya peran guru sebagai transmiter pengetahuan merupakan ciri sistem sosial yang berkembang dalam pembelajaran ini. Suasana kelas cenderung demokratis. Guru dan siswa memiliki peranan yang sama yaitu memecahkan masalah, dan interaksi kelas dilandasi oleh kesepakatan kelas. Prinsip reaksi yang berkembang dalam pembelajaran ini adalah, bahwa guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Peran tersebut ditampilkan utamanya dalam proses siswa melakukan aktivitas pemecahan masalah. Sarana pembelajaran dalam model problem solving adalah masalah-masalah aktual dan upayakan yang bersifat ill-defined yang mampu menciptakan suasana konfrontatif dan dapat membangkitkan proses metakognisi, berpikir tingkat tinggi, dan strategi pemecahan masalah yang bersifat divergen.
Dalam model problem solving ini, pemahaman, transfer pengetahuan, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampak langsung pembelajaran. Sedangkan peluang siswa memperoleh hakikat tentatif keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin merupakan dampak pengiring pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

 Surya, Mohammad. 2004. “Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
 Sutikno, Sobri M. 2008. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Prospect
 Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah. 2008. ”Landasan Pendidikan”. Bandung: Insan Mandiri.
 http://blog.unila.ac.id/setiadi/2009/09/07/mewujudkan-meaningful-learning-pembelajaran-bermakna-melalui-pembelajaran-inovatif-pemanfaatan-lingkungan/
 http://pendidikansains.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-inovatif-pemanfaatan.html

Dasar-Dasar Perencanaan Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha-usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tak pernah berhenti. Berbagai agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Banyak program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungan dan dengan pemerintah, pola perkembangan perencanaan serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan rekturisasi model-model pembelajaran (Murphy, 1992: 10).
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam sector kurikulum, baik struktur maupun prosedur perumusannya. Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran di dalam maupum di luar kelas. Indikator pembaharuan kurikulum ditunjukan dengan adanya perubahan pola kegiatan pembelajaran, pemilihan media pendidikan, penentuan pola penilaian yang menentukan hasil pendidikan.
Keberhasilan implementasi kurikulum sangat di pengaruhi oleh kemampuan guru yang akan meerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Kemapuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan, serta tugas yang dibebenkan kepadanya. Tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum di sebabkan oleh kurangnya pengeetahuan, keterampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagaimana pelaksanaannya di sekolah khususnya di kelas dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut.
Dalam kurikulum 2004 guru diberikan kebebasan untuk mengubah, memodifikasi bahkan membuat sendiri silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah dan daerah. Hal demikian tampaknya terlalu ideal dan terlalu teoritik, karena dalam kenyataanya pemerintah telah menyiapkan secara lengkap silabus untuk seluruh mata pelajaran pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Meskipun demikian, guru di berikan kewenangan secara leluasa untuk menganalisis silabus tersebut sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah/ madrasah dan menjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap di jadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keseluruhan program diperlukan dasar-dasar perencanaan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perencanaan dan pembelajaran?
2. Apa saja yang termasuk dasar-dasar perencanaan pembelajaran?
3. Mengapa perlu adanya dasar perencanaan pembelajaran?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari perencanaan dan pembelajaran.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam dasar-dasar perencanaan pembelajaran.
3. Mengetahui mengapa perlu adanya dasar perencanaan pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Namun lebih utama adalah perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.
Berkenaan dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques of Organization and Management : mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, pementuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.”
Terry (1993:17) menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemempuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan untuk merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang.
Banghart dan Trull, (1973) mengemukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang rasional dan mengandung sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat mengatasi berbagai macam permasalahan. Nana Sudjana (2000:61) mengatakan bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datanag.
Hal senada juga yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1983:16) bahwa perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini, perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektivitas) suatu organisasi atau lembaga penyelenggaraan pendidikan, berdasarkan dukungan informasi yang lengkap. Setelah tujuan ditetapkan perencanaan berkaitan dengan penyusunan pola, rangkaian dan proses kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, dapat diukur dengan terpenuhinya factor kerjasama perumusan perencanaan program kerja madrasah, dan upaya implementasi program kerja tersebut dalam mencapai tujuan.
Maka dapat kami simpulkan perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tesebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pendapat lain mengartikan bahwa pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung secara efektif. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Dari definisi yang dikemukakan di atas, secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada ”bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan bukan pada ”apa yang dipelajari peserta didik”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut.
Pembelajaran diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan, selanjutnya bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media atau alat bantu. Di samping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.
Maka dapat kami simpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sedangkan definisi utuh mengenai perencanaan pembelajaran adalah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan.

B. DASAR-DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Saat ini riset perencanaan pembelajaran masih jarang, tetapi beberapa konsep dapat membantu guru dalam meningkatkan efektifitas pembuatan perencanaan pembelajaran. Konsep tersebut mengandung dua pemikiran utama, yaitu proses pengambilan keputusan dan pengetahuan professional tentang pembelajaran. Keputusan yang diambil oleh guru bermacam-macam, mulai dari yang sederhana misalnya pengorganisasian activitas kelas, sedangkan keputusan pada tingkat kompleks menentukan apa yang akan dipelajari peserta didik.
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu:
Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu system adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan system pengajaran melalui proses sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada system perencanaan itu.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi tersebut.
Perencanaan pembelajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas meupun yang lebih sempit dari materi-materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini, dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya eveluasi terhadap aktivitas-aktivitas pengajaran.
Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pembelajaran yang dikembangkan dengan memberilkan hubungan pembelajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.
Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana menyampai-kan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana belajar yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.
Adapun empat elemen atau dasar-dasar perencanaan pembelajaran yang harus di persiapkan adalah:
1. Materi Pembelajaran
Untuk mendesain materi, langkah pertama sebelum mengajar mulai mendesain materi-materi pembelajaran dalam bentuk apapun seharusnya mulai mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pembelajaran yang akan di lampaui. Semua informasi tersebut belum lengkap jika materi pembelajaran yang ada belum di komunikasikan dengan visi, misi, dan profil pembelajaran.
2. Kompetensi Tujuan Pembelajaran atau Hasil Belajar
Merujuk defenisi Mendiknas (SK.04/U/2002), kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang tertentu.
Kompetensi merupakan kemampuan peserta didik untuk mengerjakan sesuatu yang baik sabagai hasil dari proses pembelajaran atau pendidikan yang diikutinya.
Stephen P. Becker dan Jack Gordon yang merupakan beberapa unsure atau elemen yang terkandung dari konsep kkompetensi yaitu:
• Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran di bidang kognitif
• Pengertian ( understanding), yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki siswa.
• Keterampilan (skill), yaitu kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas ayau pekerjaan yang di bebankan kepadanya.
• Nilai (value), yaitu suatu norma yang di yakini atau secara psikologis telah menyatu dalam diri individu.
• Minat (interest), yaitu keadaan yang mendasari motivasi individu, keinginan yang berkelanjutan, dan orientasi psikologis.
Mendesain kompetetensi/tujuan pembelajaran/hasil belajar yang berdasarkan keinginan tentang perubahan nyata atas hasil belajar jika peserta didik dapat menerapkan hasil pembelajaran yang di dapat. Untuk mendesain pembelajaran perlu di cermati taksonomi kompetensi dari dua aspek yaitu ranah atau domain dan kompeksitas atau tingkat kemudahan dan kesulitan setiap perubahan ranah atau domain. Untuk mendesain dengan model tujuan instruksional ada duua komponene yaitu:
• Tujuan instruksional umum
• Tujuan instruksional khusus
Tujuan instruksional umum adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan pembelajaran lebih umum tentang hasil pembelajaran dari satu mata pelajaran dalam rentang waktu pembelajaran tertentu, seperti 1 semester. Adapun tujuan instruksional khusus adalah kumpulan pernyataan yang menggambarkan hasil belajar yang spesifik. Di samping itu, tujuan instruksional khusus juga bersifat terukur dan dapat di evaluasi karna pernyataan – pernyataannya biasanya menggambarkan unit pembahasan yang terbatas atau spesifik.
3. Strategi Pembelajaran atau Metode Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kual¬itasnya. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya, dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar-mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan dan atau dipercayakan guru-peserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Dengan demikian maka konsep strategi dalam hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam peristiwa belajar-mengajar. Implisit di balik karakteristik abstrak itu adalah rasional yang membedakan strategi yang satu dari strategi yang lain secara fundamental. istilah lain yang juga dipergunakan untuk maksud ini adalah model-model mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru-peserta didik dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa definisi tentang strategi pembelajaran.
• Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
• Kozma (dalam Sanjaya 2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
• Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
• Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
• Cropper di dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
Strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional karena strategi pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum per¬buatan belajar-mengajar yang secara prinsip berbeda antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran tertentu. Kalau disejajarkan dengan pembuatan rumah, pembicaraan tentang (bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat melacak pelbagai kemungkinan macam rumah yang akan dibangun (joglo, rumah gadang, villa, bale gede, rumah gedung modern, dan sebagainya yang masing-masing menampilkan kesan dan pesan unik), sedang¬kan desain instruksional adalah penetapan cetak biru rumah yang akan dibangun itu serta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan langkah-langkah konstruksinya maupun kriteria penyelesaian dari tahap ke tahap sampai dengan penyelesaian akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibuat.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, seorang guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan¬-kemungkinan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan belajar, baik dalam arti efek instruksional maupun efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan tujuan pendidikan yang utuh, di samping penguasaan teknis di dalam mendesain sistem lingkungan belajar-mengajar dan mengimplementasikan secara efektif apa yang telah direncanakan di dalam desain instruksional.
Ceramah, diskusi, bermain peran, LCD, video-tape, karya wisata, penggunaan nara sumber, dan lain-lainnya merupakan metode, teknik dan alat yang menjadi bagian dari perangkat alat dan cara di dalam pelaksanaan sesuatu strategi pembelajaran. Juga harus dicatat bahwa dalam peristiwa pembelajaran, seringkali harus dipergunakan lebih dari satu stra¬tegi, karena tujuan-tujuan yang akan dicapai juga biasanya kait-mengait satu dengan yang lain dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang lebih umum.
Agar tidak bisa dalam mendefinisikan strategi pembelajaran, dibutuhkan pemahaman terhadap pengertian-pengertian lain yang mirip dengan strategi pembelajaran yang selalu digunakan seperti model, pendekatan, strategi, metode dan teknik. Dalam referensi kependidikan sering disandingkan antara pengertian-pengertian tersebut dengan maksud yang serupa, namun dalam bahan perkuliahan ini akan diuraikan perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran,

Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran
Arends (1997) menyatakan “The term teaching model refers to a particular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment, and management ystem.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992 ). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Model pembelajaran mempunvai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
3. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000 ).
Adapun istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran menurut Sanjaya (2007) memiliki kemiripan dengan strategi. Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) misal¬nya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran lang¬sung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih motode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan pembelajaran. Tentunya ada juga faktor-faktor lain yang harus diperhatikan, seperti: faktor guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan pen¬jabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan ¬orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya, berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama menggunkan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bisa dipastian mereka akan melakukannya secara berbeda .
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
 Strategi pembelajaran langsung
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
 Strategi pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah, (3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5) mengekspresikan pemahaman. Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
 Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
 Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi peserta didik, (2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3) meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
 Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI belum dewasa, sehingga sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
Karakteristik dan cara penggunaan macam-macam strategi di atas, akan dibahas tuntas pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Strategi yang akan dibahas telah dimodivikasi sesuai yang banyak diperlukan dalam pembelajaran di Mi, yaitu: pada paket 5, dibahas tentang strategi pembelajaran langsung (direct instruction), paket 6, strategi pembelajaran tak langsung (indirect instruction) yang diberi judul dengan startegi pembelajaran inkuiri , paket 7, strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM), paket 8, strategi pembelajaran kooperatf (Cooperative Learning), paket 8, strategi pembelajaran aktif, dan paket 9, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir.

4. Evaluasi Pembelajaran
Terdapat tiga kata kunci yang berkaitan dengan desain evaluasi, yaitu tes (test), pengukuran (measurement), dan evaluasi (evaluation).
• Tes adalah satu pertanyaan atau tugas yang setiap biturnya mempunyai jawaban yang benar untuk memperoleh informasi tentang kemampuan atau kopetensi (sebelum atau sesudah belajar).
• Pengukuran adalah pemberian angka kepada satu pertanyaan atau tugas menurut aturan, atau formula, atau standar, atau criteria yang jelas. Karakteristik pengukuran biasanya menggunakan angka atau skala tertentu, atau menggunakan satu aturan, atau formula, atau pengalaman tertentu. Ada beberapa macam ukuran :
a) Ukuran standar, seperti meter, kilogram, dan takaran.
b) Ukuran tidak standar, seperti : depa, jangkal, dan langkah.
c) Ukuran perkiraan berdasarkan pengalaman, seperti mengukur tanda jeruk yang memiliki rasa manis dan kulit halus, kuning, dan besar.
• Penilaian adalah proses untuk mengambil keputusan baik atau buruk atas hasil belajar dengan menggunakan instrument tes atau non tes setelah mengadakan pebgukuran tertentu.
Untuk dapat mengadakan penilaian, seseorang terlebih dahulu mengadakan pengukuran atas instrument tes atau non tes.
Secara essensial, tes, pengukuran, dan penilaian saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Penilaian hasil belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar jika dilakukan pengukuran secara tepat atas hasil belajar yang menggunakan tes atau non tes yang baik pula. Penilaian yang baik tidak akan diperoleh jika tidak menggunakan instrument tes atau non tes dan pengukuran yang baik. Adalah tidak fair jika seseorang menilai hasil belajar menggunakan tes atau non tes dengan menggunakan ukuran formula, standar, atau criteria yang subjektif, dalam arti sukses hati penilaian. Tes yang baik tetapi menggunakan alat ukur yang tidak tepat menghasilkan penilaian yang tidak baik. Pengukuran yang baik atas tes dan non tes yang tidak baik akan menghasilkan penilaian yang tidak baik pula. Tes dan pengukuran yang baik akan menghasilkan penilaian yang baik. Intinya, semua elemen harus baik supaya fair.

C. MANFAAT DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar, yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsure, baik unsure guru maupun unsure peserta didik.
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui setiap ketepatan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Adapun perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:
a) Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan pe-rencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran;
b) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system;
c) Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada begaimana seseorang belajar;
d) Untuk mencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan;
e) Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;
f) Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;
g) Perencanaan pembelajaran melibatkan semua variable pembelajaran ;
h) Inti dari pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Perbaikan kualitas pembelajaran harus di awali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajran yang telah di tetapkan.
2. Perencanaan Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas ppembelajaran, desain pembelajaran yang dilakukan haruslah di dasarkan pada pendekatan system. Hal ini di sadari bahwa dengan pendekatan system, akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variable yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antar variable pengajaran yakni variable pembelajaran, variable metode, dan variable hasil pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembalajaran juga banyak tergantung pada bagian pembelajaran itu di rancang, rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perencanaannya. Apakah bersifat intuitis atau bersifat imiah. Jika bersifat intuitis, rancangan pembejaran tersebut banyak diawali oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika di buat berdasarkan pendekatan ilmiah, rancangan pembelajaran tersebut di warnai oleh berbagai teori yang di kemukakan oleh para ilmuan pembelajaran. Di samping itu, pendekatan lain adalah pembuatan pembelajaran bersifat intuitis ilmiah yang merupakan panduan keduanya, sehingga rancangan pembalajaran dihasilkan sesuai dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan pula dengan menggunakan teori-teori yang relevan. Berdasarkan tiga pendekatan ini, pendekatan intuitis ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih shahih dari dua pendekatan lainnya bila di gunakan secara terpisah.
4. Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan perilaku atau belajar dapat ditata atau di pengaruhi, tetepi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan karakter siswa.
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tidak langsung (pengiring). Perancangan pembalajaran perlu memilih hasil pembelajaran yang langsug dapat di ukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat di ukur setelah selesai pelaksanaan pembelajarn dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Sebagaimana disebutkan di atas, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan perencanaan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang di rencanakan akan , memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variable pembalajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variable pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam rancang pembelajaran. Ketiga variable tersebut adalah kondisi, metode, dan variable hasil pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkann metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variable metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus di dasarkan pada analisis kondisi hasil pembelajaran.

BAB III
SIMPULAN

• Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tesebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan pendidik yang menimbulkan interaksi belajar mengajar dengan peserta didik untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
• Definisi utuh perencanaan pembelajaran ialah proses membantu guru secara sistematik dan menganalisis kebutuhan pelajar dan menyusun kemungkinan yang berhubungan dengan kebutuhan.
• Dasar-dasar perencanaan pembelajaran:
a. Materi pembelajaran;
b. Kompetensi tujuan pembelajaran atau hasil belajar;
c. Strategi pembelajaran atau metode pembelajaran;
d. Evaluasi pembelajaran.
• Manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar-mengajar, yaitu:
a) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
b) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsure yang terlibat dalam kegiatan.
c) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsure, baik unsure guru maupun unsure peserta didik.
d) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui setiap ketepatan dan kelambatan kerja.
e) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
f) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

DAFTAR PUSTAKA

• B, Hamzah Uno. 2006. ”Perencanaan Pembelajaran”. Jakarta: Bumi Aksara.
• Majid, Abdul. 2009. ”Perencanaan Pembelajaran”. Bandung: Rosda.
• Munthe, Bermawi. 2009. ”Desain Pembelajaran”. Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri.
• Sagala, Syaiful. 2008. ”Konsep dan Makna Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.
• Surya, Mohammad. 2004. “Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
• Sutikno, Sobri M. 2008. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Prospect
• Uus Ruswandi, A. Heris Hermawan, Nurhamzah. 2008. ”Landasan Pendidikan”. Bandung: Insan Mandiri.
• http://7691an.wordpress.com/2010/02/19/definisi-perencanaan-pembelajaran/
• http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/konsep-dasar-strategi-pembelajaran-3/
• http://waraskamdi.com/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=6
• (http://www.depdiknas.org)
• (http://www.BSNP.org)